Senin, 21 Februari 2011

Pertahankan Tren Positif ini Kawan

Capeknya habis mbolang dari Bali, tapi langsung semangat untuk bikin sebuah tulisan. Kali ini saya akan menceritakan kisah perjalanan saya dan teman-teman Bonek lainnya ke Bali. Sebenarnya saya tidak mempunyai niat berangkat ke Bali untuk mendukung Persebaya karena sebentar lagi saya akan menghadapi Ujian Nasional. Namun teman-teman saya terus merayu saya untuk berangkat, akhirnya saya pun tergoda.


Inilah kisah selengkapnya:


Dalam lawatan ke Pulau Dewata tersebut, selain menggunakan Kereta Api dan 'menggandol' Truk seperti biasanya, Bonek juga menggunakan 47 bus, puluhan mobil pribadi, dan ratusan sepeda motor. Bonek yang dari Surabaya berkumpul di Taman Apsari dan berangkat bersama pada hari Sabtu. Dengan pengawalan dari pihak kepolisian, perjalanan Bonek berlangsung aman dan lancar.


Bonek yang berangkat menggunakan Kereta Api berangkat secara bergelombang di hari Kamis dan Jumat. Selama perjalanan tidak terjadi kerusuhan sebagaimana yang dikhawatirkan. Bahkan Bonek mendapat sambutan dari kelompok suporter setempat dari Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Banyuwangi. Bonek yang berangkat secara liar ini di sweeping di pelabuhan Ketapang dan Gilimanuk. Yang tidak membawa KTP dan uang minimal Rp 100.000 dipulangkan paksa oleh petugas. Sedikitnya sekitar 300 Bonek dipulangkan. Namun mereka pantang menyerah. Ada yang menyamar sebagai penumpang umum, ada pula yang pulang ke Surabaya dan berangkat lagi menaiki Bus di hari berikutnya. Bahkan saya bertemu dengan seorang Bonek yang berangkat secara liar di kapal yang saya tumpangi, "aku wes teko Bali mas, tapi dimulihno maneh, sampek wis ping 3 bolak-balik numpak kapal"( saya sudah sampai Bali mas, tapi dipulangkan lagi, sampai sudah 3 kali bolak-balik naik kapal) ungkapnya kepada saya sambil saya memberinya makan dan rokok.


Di Bali tidak terjadi gesekan antara Bonek dengan warga atau suporter setempat meski di dalam stadion pertandingan berjalan panas. Kesabaran Bonek kembali diuji. Ada oknum penonton, yang diidentifikasi tidak mengenakan atribut suporter tuan rumah (saya lebih suka menyebutnya oknumania), melemparkan benda keras ke arah bangku cadangan dan pemain Persebaya. Namun, Bonek dan suporter Bali menjawab provokasi itu dengan nyanyian bersama " Bali-Bonek kita saudara...Disini Bonek disana Bali dimana-mana kita saudara...", sungguh indah, ditambah lagi dengan Mexican Wave (ombak suporter memutari stadion). Di ujung laga, Persebaya kalah 1-2, namun dua kelompok suporter saling bertukar atribut. Bahkan suporter Bali langsung menggunakan atribut Bonek saat perjalanan pulang.


Keramahan Bonek ini mendapat apresiasi dari pedagang oleh-oleh, warga dan kepolisian. Banyak yang mengatakan Bonek ternyata tidak seperti yang diberitakan di media. semuanya tertib. Sama sekali tidak terlihat gelagak ingin mencuri, membuat onar, atau menjarah.


Semoga tren positif ini bisa dipertahankan..
Semoga tidak ada lagi kerusuhan yang melibatkan Bonek, karena sekecil apapun  kerusuhan itu media pasti akan membesar-besarkannya, mungkin  karena Bonek artis yang punya nilai jual tinggi,hehe..
Jangan terprovokasi oleh 'oknumania' yang ingin merusak citra Bonek..
Teruslah berbenah kawan..
Tak perlu jadi yang terbaik, menjadi yang lebih baik itu sudah cukup..
Salam 1 nyali!!
Wani!!
Bernyali tanpa anarki..

Minggu, 13 Februari 2011

Pesan dari Sang Jurnalis

Selamat malam teman-teman blogger. Kali ini saya menemukan sebuah pesan dari seorang Jurnalis untuk Bonek sehubungan keberangkatan Bonek ke Bali untuk menyaksikan pertandingan antara Bali Dewata vs Persebaya 1927 tanggal 20 Februari mendatang. Langsung aja deh saya posting. Berikut surat dari Sang Jurnalis:





Farikhy Achmad 10 Februari jam 2:30 Laporkan
Salam hormat



Sebentar lagi, Bonek akan melakukan tret tet tet ke Bali. Ada dua jalur, dengan bus yang berarti lewat pantura (Pasuruan-Probolinggo-Situbondo-Banyuwangi) dan kereta api yang berarti lewat selatan (Probolinggo-Lumajang-Jember-Banyuwangi)



Sebagai warga Jember dan pecinta sepakbola, saya berharap acara tert -tet tet tetap aman. Saya sebagai pribadi meminta kepada teman-teman Bonek di Surabaya untuk berkoordinasi sebaik mungkin dan saling menjaga.



Sepanjang perjalanan di dua jalur itu, tidak tertutup kemungkinan akan ada provokasi-provokasi terhadap Bonek yang akan membenturkan dengan warga sekitar. Saya meminta agar apapun yang terjadi: JANGAN MEMBALAS... sekali lagi... JANGAN MEMBALAS...



Kenapa permusuhan dengan warga terjadi, karena setelah dilempari, Bonek melakukan aksi balasan. Dan aksi balasan, jelas mengenai warga yang sebenarnya tidak tahu apa-apa, dan ini menimbulkan rentetan balas dendam tak berkesudahan.



Selama ini Jatim wilayah timur jarang sekali menjadi jalur away Bonek. Terakhir, Persebaya di Divisi I tahun 2005 lalu dan berhadapan dengan Persid, Bonek datang ke Notohadinengoro dan semua aman. Tidak ada benturan.



Warga tentu tak ingin ada benturan dengan Bonek. Bonek pun tak perlu berbenturan dengan warga. Patut diketahui, semua daerah yang dilewati Bonek ke Bali (utara dan selatan) masuk dalam daerah basis Bonek. Saya tahu betul, bagaimana komunitas Bonek di sana adalah juga warga asli daerah sekitar.



Bahkan, Bonek dan kelompok suporter setempat bekerjasama dengan baik. Tentu masih ingat kasus Ryan, arek Jember yang Mbonek dan diduga menjadi korban penganiayaan oknum polsuska. Persidmania ikut membantu berjuang bersama-sama menuntut keadilan untuk Ryan.



Jadi, sekali lagi, apapun yang terjadi, JANGAN MEMBALAS. Sudah cukuplah benturan antar warga karena masalah sepakbola.



Di sini, ada temen (tokoh Persidmania). Dengan segala hormat, sebagai sesama kawan, saya meminta bantuan beliau untuk mengoordinasikan kawan-kawan Persidmania agar sama-sama mengamankan tret-tet-tet ke Bali. Insya Allah semua baik-baik saja seperti dulu Bonek pernah ke Jember.



Di sini juga ada pentolan suporter lumajang. Saya juga meminta bantuan kepada beliau agar mungkin menghubungi tokoh suporter PSIL Lumajang dan Bonek Lumajang untuk ikut mengamankan tert-tet itu.



Di sini juga ada wakapolres situbondo, Saya pribadi berharap, waka bisa mengamankan dengan sebaik-baiknya. Saya mohon, jika ada pelaku kerusuhan siapapun itu segera ditangkap saja orangnya. Kita tidak ingin gara-gara ulah satu orang, seluruh komunitas terkena dampaknya. Menonton sepakbola bukanlah kriminal. Tapi melakukan kerusuhan, itu baru kriminal. Saya yakin perusuh adalah perusuh, dan hanya menggunakan sepakbola sebagai dalih.



Semoga semua damai. Demi kita semua. Sudah cukup Indonesia disumpeki dengan kerusuhan agama, jangan disumpeki lagi kerusuhan suporter. Saya jurnalis, saya akan liput apapun, walau itu kerusuhan suporter, walau itu yang melakukan adalah pendukung Persebaya. Tapi dalam hati kecil saya, saya tak ingin ada kerusuhan. Sepakbola lebih indah tanpa kekerasan dan kerusuhan. Cukuplah kasus Lamongan menjadi pelajaran bagi kita..

wassalam





itulah tadi pesan dari sang jurnalis..

semoga bermanfaat bagi kita semua..

salam satu nyali!!!
wani..
bernyali tanpa anarki..